Pagi hari untuk ketiga kalinya, aku menyesali dan mengeluhi perjalanan. Pernah mata berembun, tak mengucur. Usaha menahan rasa sakit hati sebuah takdir. Sejatinya aku hanya tunduk tanpa perlawanan, biasanya tidak.
Tiga kali dengan keluhan, padahal, aku sedang berjanji melawan waktu. Melawan tekad sanubari. Rasanya perih mengingkari janji sendiri sedang aku tak tahu sama sekali.
Perjalanan yang biasanya dibarengi suara musik di telinga, sudah jadi hampa. Memusuhi, menghakimi, melukai. Aku, pergi dalam rasa bersalah tingkat hakiki. Perjalanan ini dan cucuran keringat ini bisa jadi saksi.
-Dalam sebuah angkot oranye, Singaparna-Tasikmalaya
Tags:
Setapak