h2amzOiq2Tn9rmGhajOa165fMKwBqbFxQjYwl3bC
Bookmark

Mencuri Raden Saleh, Standar Tinggi Film Genre Heist di Indonesia

Mencuri Raden Saleh. Sebuah film karya bos Visinema, Angga Dwimas Sasongko, yang akhirnya mencuri perhatian semenjak beberapa first look-nya nangkring di beranda TikTok saya. Film bertema heist, yang jarang-jarang tayang di bioskop Indonesia.

Apalagi film Mencuri Raden Saleh dipenuhi bintang-bintang usia muda yang sedang tenar-tenarnya. Sebut saja Ikbal Ramadhan, Angga Yunanda, Angga Yunanda, Aghniny Haque, Rachel Amanda, Umay, dan Ari Irham. Serta beberapa cast yang tak kalah kerennya.

Sedikit cerita soal nonton di bioskop, ini adalah pertama kalinya saya menonton film sendirian. Cukup bikin jidat saya berkeringat ketika masuk pintu mall sampai menuju bioskop. Malahan saya hampir kayak orang gila, karena linglung nyari jalan keluar. Belajar keluar dari zona introver itu beneran menguras tenaga, tapi seru juga! Haha. Oke, cukup! Kembali lagi ke komplotan pencuri Raden Saleh.

SINOPSIS

Bercerita tentang sekumpulan anak muda yang diberi misi mencuri sebuah lukisan terkenal karya Raden Saleh, oleh seorang mantan presiden bernama Permadi. Piko, Ucup, Sarah, Fella, Gofar, dan Tuktuk, ditugaskan untuk menukar lukisan duplikat karya Piko dengan lukisan asli Raden Saleh yang berjudul, "Penangkapan Pangeran Diponegoro".

Lukisan tersebut sangat berharga bagi negara, karena berkenaan dengan perjuangan dan nasionalisme rakyat masa penjajahan. Harganya bisa sampai ratusan milyar. Uang yang sangat tidak sedikit.

Motif utama pencurian tersebut, tentu saja soal uang ratusan milyar. Uang yang akan membantu menyelesaikan masalah mereka masing-masing. Terutama Piko, yang ingin sekali membebaskan ayahnya dari jeruji besi penjara.

Meskipun mereka bukanlah pencuri profesional, melainkan hanya sekumpulan anak muda yang terjebak masalah, namun latar belakang dan keahlian masing-masing dari mereka, sangat bisa membantu menuntaskan misi berbahaya tersebut. Sehingga mereka sangat yakin, pencurian Raden Saleh akan berhasil dengan baik.

Namun, seperti biasa, perencanaan matang hanyalah sebuah tulisan di depan papan tulis saja. Berbagai macam masalah muncul tanpa diduga, dan mengganggu misi mereka. Dari jebakan, penghianatan, dan ketakutan.

Kejutan demi kejutan terjadi, kepanikan mulai menghadang para pencuri Raden Saleh. Satu-satunya cara agar mereka keluar dari masalah, ya harus masuk ke masalah lainnya.

Alur Cerita dengan Twist yang Luar Biasa!

Saya akan bilang, film Mencuri Raden Saleh adalah film bertema heist terbaik asal Indonesia yang pernah saya tonton. Menggeser film Comic 8 yang juga cukup memorable juga bagi saya.

Alur ceritanya bagus dan cukup rapi, tidak terlalu membuat otak harus mikir keras, dan sangat-sangat menyenangkan. Meskipun memang tak sebagus film bertema sama, misal Now You See Me dan The Thieves, namun cerita film Mencuri Raden Saleh cukup membekas di hati saya. Apalagi, mas Angga Dwimas Sasongko sudah mewanti-wanti sejak awal babak pertama, bahwa Piko dan kawan-kawan bukanlah pencuri profesional. Sehingga plot yang tidak terlalu berat, akan lebih masuk akal ketimbang harus dipaksakan dengan twist yang mencengangkan. Malah aneh rasanya jika plotnya dibuat terlalu rumit. Sebab, ya itu tadi, mereka hanyalah anak kemarin sore yang terjebak masalah dan terpaksa mencuri aset negara.

Cerita yang bagus juga didukung dengan jajaran pemeran utama yang tak kalah bagusnya. Ikbal, Angga Yunanda, Aghniny Haque, Rachel Amanda, Umay, dan Ari Irham, berhasil memukau penonton dengan akting mereka. Tak jarang, saya dan beberapa penonton lainnya, ikut merasakan ketegangan dan tingkah lucu para pencuri Raden Saleh ini.

Jika saya boleh memilih, Umay Shahab lah yang menjadi pusat perhatian saya pribadi. Karakternya begitu mudah dicintai, dengan tingkah jenaka yang sering ia suguhkan. Akting Umay juga lebih stabil dibandingkan dengan pemeran lainnya. Semua pemeran utamanya memang sangat bagus, tapi karakter Ghofar lah yang berhasil mencuri perhatian saya. Mereka membuktikan cara berakting yang bagus, bukan hanya sekadar tampang doang.

Plot twist yang lumayan banyak juga dimunculkan dalam fim garapan Visinema ini. Twist demi twist cukup membuat saya bergumam dalam hati, "lho, heh? Kok bisa?" Dan pertanyaan itu kemudian langsung dijelaskan, dengan alasan yang memang sangat masuk akal.

Kalau boleh membandingkan lagi, plot twist Now You See Me itu bergaya magical, sedangkan Mencuri Raden Saleh bergaya old school. Namun, jika Mencuri Raden Saleh bakalan punya sekuelnya, saya harap pencuriannya jauh lebih brilian dan penuh keajaiban. Memanfaatkan beragam cerita atau teknik beberapa lukisan untuk menipu para penjaga, misalnya.

Satu hal lagi yang saya suka dari Mencuri Raden Saleh, tidak adanya sosok pemimpin di grup. Piko yang harusnya jadi kunci utama di film, alih-alih menjadi leader, justru malah tergambar sebagai anak baik-baik dan polos. Sebuah keputusan yang bagus, sebab saya pada akhirnya menjadi lebih fokus memahami keenam karakter daripada hanya berpusat ke satu karakter pusat saja.

Keindahan Sinematografi dan Scoring Musik

Lanjut ke masalah sinematografi dari film Mencuri Raden Saleh ini. Dari sejak awal sampai akhir, rasa-rasanya tidak ada satu pengambilan gambar yang membuat saya terganggu. Semuanya terasa sempurna. Mulai dari angle, transisi dari adegan ke adegan lain, sangat memanjakan mata. Beberapa efek CGI di film ini juga terlihat rapi dan smooth.

Kemudian, scoring musik film Mencuri Raden Saleh ini, mengingatkan saya pada film Now You See Me. Benar-benar setipe kalau didengar baik-baik. Apalagi di bagian akhirnya.

Perpindahan adegan menuju adegan lain, didorong sempurna dengan performa musik yang apik. Menambah daya tarik menonton aksi komplotan pencuri Raden Saleh.

Yang Kurang dari Mencuri Raden Saleh

Mengkritisi sedikit tentang film Mencuri Raden Saleh, mungkin kurangnya hanya ada pada ikatan batin antara masing-masing keluarga. Piko dan ayahnya, yang seharusnya menjadi poin penting dari terbentuknya suasana, justru agak kurang berasa bagi saya. Saya hanya dapat merasakan ikatan kuat dari keduanya, ketika di babak akhir saja. Serius, itu hampir bikin airmata saya jatuh. Sisanya ya hanya, "oh, oke. Bagus."

Dari beberapa karakter utama lainnya, saya hanya mendapatkan rasa kekeluargaan itu dari Gofar, Tuktuk dan ayah mereka. Sangat singkat, tapi rasa kebersamaan yang mereka bangun, sudah membuat saya cukup paham bagaimana kehidupan keluarga mereka. Ikatan keluarga dari pemeran utama lain, masih agak kurang. Mungkin karena pemangkasan durasi, atau memang kurang saja.

Kemudian, entah ini perasaan saya saja atau karena kurang paham soal akting, namun Ikbal sebagai Piko kadang kala keteteran saat memainkan satu situasi. Emosinya kadang agak melempem, kadang justru malah terlalu menggebu-gebu. Sehingga saya kembali bergumam lagi, "lah, lu kenapa Piko?" Namun yang pasti, saya akan lebih suka Piko daripada Dilan. Baik dari segi watak, maupun percintaannya.

Kesimpulan

mencuri raden saleh film

Sekali lagi, film Mencuri Raden Saleh berhasil menambah ragam genre film Indonesia. Kalau rumah produksi atau para sutradara Indonesia lain tertarik dengan film bertema serupa, maka saya berani bilang bahwa film Mencuri Raden Saleh adalah standar tinggi yang harus jadi patokan, setidaknya untuk saat ini. Saya harap perfilman Indonesia mulai mengikuti jejak Visinema yang berani mengembangkan genre baru, daripada terlalu fokus pada genre perbucinan yang begitu-begitu saja dan membosankan. Yok, bisa yok! Biar saya punya alasan nonton ke bioskop lagi. Hihi.

Maka, itulah sedikit review saya soal film Mencuri Raden Saleh. Saya memberi skor 8,7/10 untuk kualitas film ini. Sangat direkomendasikan ditonton bersama teman, pasangan, maupun keluarga (asalkan berusia 13 tahun ke atas). Nonton sendirian seperti saya juga tidak masalah. Menyusun "skripsi" jauh lebih seru dibandingkan ikut KKN. If you know what I mean. 😁

Sedikit masukan buat CGV di king's shopping center Bandung, sound-nya masih terasa kurang. Suara dari film lebih menonjol di bagian depan layar, alih-alih menyeluruh sampai memenuhi ruangan. CGV di sana memang masih terbilang baru, jadi bisa dimaafkan. Hanya saja, theme song keren dari film Mencuri Raden Saleh yang sudah dibangun dengan seepik itu, jadi berasa kurang sedikit saja.

4 komentar

4 komentar

Hai! senang bisa mendapat komentar darimu. 😊
Sok, kasih kritik maupun saranmu buat blog ini. Jangan nanggung, hajar aja!
  • Kadji
    Kadji
    10 September, 2022 22:11
    Wah keren kak review-nya, saya baca dari awal sampai selesai. Jadi tertarik nonton, tapi kalau aku sendiri nonton sendirian ke bioskop harus benar2 ngumpulin niat dulu wkwk. Kamu hebat bisa berani . Hehe
    • Kadji
      Nandar IR
      12 September, 2022 11:30
      Wajib jadi daftar tontonan sih inimah. Soalnya jarang" genre macam gini tayang di bioskop Indonesia.
      Lebih ke terpaksa, saking penasarannya sama film ini. Sekalian nguji mental juga. 😅
    Reply
  • Tika
    Tika
    09 September, 2022 08:26
    Aku juga suka banget sama film ini! Bener2 kayak keluar dari zona nyamannya perfilman Indonesia! Baru sadar kalau Comic 8 itu juga heist ya... padahal aku kira film ini yang pertama berhasil aku selesaikan tentang Heist ternyata bukan...

    Film ini bener-bener harus jadi patokan baru sih, aku juga jarang nonton film Indonesia di bioskop karena banyak romance doang, kecuali yang family oriented masih mending. Film-film kayak gini nih yang seharusnya dibanyakin karena lumayan jarang nih film-film kayak gini di Indonesia.

    Justru kalo kekeluargaan antar 6 orang ini yang aku juga rasa kurang akrab. Ntah kalo beberapa emang oke, tapi kalo satu kesatuan kayaknya gak sedekat itu hmmm
    • Tika
      Nandar IR
      10 September, 2022 06:09
      Kalau dilihat dari alurnya sih, Comic 8 bisa disebut film heist, walaupun lebih condong ke komedi. 😅
      Iya, intinya kalau romance minimal alurnya nggak begitu-begitu aja. Harus berkesan.
      Mungkin fokusnya bukan ke sana, jadi ikatan keluarganya agak dikesampingkan.
      Makasih udah komen kak.
    Reply