"Baperan!" Peringatan itu yang sering kudengar dari orang-orang asing yang sok tahu soal karakterku. Sok dekat, sehingga dengan mudahnya bicara kejenakaan atau hinaan 'akrab' katanya.
istockphoto |
Kalau kamu menyuruhku untuk mengubah sensitifku, maka aku ingin barter sekalian. Kau jangan lagi mudah bercanda tentang sifat dan sikap orang lain. Biar damai dunia ini sekalian. Bisa?
Apakah aku anti bercanda? Tidak, tentu saja tidak. Tapi sekali lagi, aku hanya butuh waktu mengenal dulu dirimu. Kalau sudah, bodo amat kau mau menghinaku seperti hewan najismu itu.
Perlu bukti? Tanyakan saja pada mereka yang benar-benar mengenalku. Sahabatku. Memang terhitung, tapi mereka bukti nyata.
Kalau kata "baperan" kamu gunakan untuk mengubahku, aku tidak pernah akan berubah kecuali oleh diriku sendiri. Dan bukan jasamu. Sama halnya dirimu yang "masa bodo" dengan sifat orang lain.
Dan lihatlah hari ini. Mereka yang terkena senjata baperanmu mengubah cara pandang mereka seperti dirimu, dan menjadikan senjata baperan sebagai senjata untuk orang baperan yang lain. Kamu mebuat siklus yang tak berguna dan memperburuk siklus saling menghina, saling meruncingkan lidahnya, saling membunuh kepribadian.
Jangan sampai karena ulah kamu, orang yang lebih sensitif dariku, mampu mengeluarkan darah mereka sendiri karena depresi oleh hal-hal konyol bernama "baperan".
Posting Komentar