h2amzOiq2Tn9rmGhajOa165fMKwBqbFxQjYwl3bC
Bookmark

Cara Membuat Rasa Iri jadi Motivasi

Membuat iri jadi motivasi
ArtGhost

Halo, pecinta ruang!

Kadang kala, bahkan mungkin sering, otak jahat kita jadi sinis pada kesuksesan orang lain. Nama panggilannya Iri. Pengobat luka kecewa dengan cara tak biasa.

Apakah iri suatu perbuatan buruk? Tentu saja. Tapi... jika kamu cerdas mengolahnya, rasa iri itu justru bisa membuatmu termotivasi. Bagaimana caranya? Mari kita masuk.

Suatu hari kamu melihat teman satu kelasmu juara umum, sedangkan kamu masih saja peringkat 1 di kelas. Padahal temanmu itu, semester kemarin hanya berdiri di belakangmu, alias peringkat 2.

Saat itu otak jahatmu mulai melaksanakan tugasnya. Kamu mulai iri dengan pencapaian temanmu.

Dari sikap itulah muncul pikiran baru, kamu mulai berburuk sangka, "mungkin dia nyontek, aku lihat dia saat ujian selalu nunduk! Atau mungkin dia nyogok kepala sekolah, aku lihat dia sering keluar masuk kantor kepsek. Mungkin... mungkin... oh mungkin..." Pikirmu begitu terus tanpa henti.

Sampai akhirnya kamu merasa, bahwa dia tidak pantas mendapatkannya. Harusnya kamu yang membawa piala juara umum itu ke rumah. Kamu berusaha keras, belajar sungguh-sungguh, setiap malam, setiap jam.

Hei, tenangkan dirimu. Ya, inilah langkah pertamamu. Jangan mau dikuasai irimu. Usaplah dadamu, kuatkan hatimu. Usap juga airmata kecilmu, rangking satu tidaklah buruk bagimu.

Lihat, temanmu turun dari panggung. Berikan ucapan selamat untuknya. Ya... rasa irimu memang masih belum terobati, tapi cobalah. Berikan jabatan tangan, peluklah dia kalau kalian sama-sama lelaki (pelukan jantan, kau tahulah maksudku) atau sama-sama perempuan. Kalau berbeda jenis sebaiknya jangan, atau setidaknya tunda dulu. Siapa tahu dia jodohmu.

Bagaimana? Apakah rasa irimu sedikit terobati? Jika iya, mari kita menuju langkah selanjutnya. Melupakan prasangka burukmu jadi pertanyaan lebih positif.

"Kalau dia bisa, mengapa aku tidak?"

Lagipula kamu selalu belajar sungguh-sungguh. Nilaimu juga tidak terlalu berbeda jauh dengan temanmu itu. Mungkin ini hanya soal keberuntungan. Dia beruntung memahami satu materi yang belum kamu pahami.

Jadi, kenapa kamu harus iri? Kalau jiwamu berpikir positif, cobalah saling berbagi ilmu. Saling bertanya untuk suatu hal yang tidak kamu tahu, tidaklah buruk bagimu. Jangan gengsi!

Apakah cara di atas bisa membuatmu juara umum di semester depan? Bisa iya, bisa tidak. Kembali lagi, ini hanya soal memotivasi diri dan keberuntungan.

Jika kamu akhirnya mewujudkan keinginanmu, peluklah kembali temanmu itu. Jika tak pernah mendapatkannya sampai kamu lulus, setidaknya kamu sudah memiliki teman dekat, sahabat. Mungkin saja keberuntunganmu bukan di sini, bukan saat ini.

Sikap iri memang buruk, tapi bukan berarti kamu harus terlalu menjauhinya. Kamu bisa manfaatkan. Iri hati terhadap keberhasilan orang lain, bisa jadi proses menuju kedewasaan. Bahwa, apa yang kamu inginkan dan tidak tercapai, mungkin tidak baik bagimu. Mungkin Tuhanmu sedang mengatur rencana yang tidak pernah kamu duga. Sebuah rencana indah, yang membuat tangismu bercampur bahagia. Tangis bahagia itu rasanya luar biasa!

Irilah sesuai porsi yang dibutuhkan. Manfaatkan jadi motivasi yang bisa menuntunmu pada kebahagiaan. Kebahagiaan tanpa menyakiti sebuah pertemanan.

Jangan lupa ikuti semua sosial media Ruang eNIeR. Bagikan tulisan ini jika memang layak untuk dibagikan. Sampai jumpa... 
Posting Komentar

Posting Komentar

Hai! senang bisa mendapat komentar darimu. 😊
Sok, kasih kritik maupun saranmu buat blog ini. Jangan nanggung, hajar aja!