h2amzOiq2Tn9rmGhajOa165fMKwBqbFxQjYwl3bC
Bookmark

Kita Sudah Terlalu Bucin!

Reza rahadian tunangan
Sumber: Instagram dan Twitter

Halo, pecinta ruang!

Apa ada yang ketinggalan berita soal Prilly dilamar Bang Reza Rahadian? Agak aneh jika tidak tahu. Saya saja tahu. Bagaimana menurutmu? Apakah mereka benar-benar tunangan? Atau hanya settingan?

Saat pemeran Danur itu mengunggah fotonya bersama Bang Reza di Instagram, sosial media langsung rame membahasnya. Di Instagram, trending Twitter, bahkan sampai stori Whatsapp.

Yang konyolnya adalah, tidak sedikit yang percaya mereka betul-betul tunangan. Sebegitu gampangnya percaya, sampai tidak mau mencari jawaban sebenarnya. Mereka itu hanya sekedar bikin rame, supaya film mereka nanti banyak yang menonton. Pantaslah mudah termakan hoaks.

Kemudian, sebelum rame soal tunangan, ada juga drama cinta salah satu aktris favorit saya yang menikah. Drama terjadi ketika seorang pengguna Twitter membeberkan aib aktris tersebut saat bersama mantan pacarnya.

Katanya mantan pacar Mbak DH ini diputusin gara-gara ada yang duluan melamar. Selain itu, beberapa aib juga dibahasnya. Mulai soal biaya kuliahlah, selingkuhlah, dan sebagainya. Saya tidak akan membahasnya, terlalu panjang. Silakan kalian cari saja di Twitter atau media lain.

Melihat ini, tentu warganet bergerombol jadi hakim atas kasus ini. Banyak yang menyayangkan banyak pula yang mendukung. Toh, kalau sudah jodoh ya jodoh saja.

Satu lagi, kisah cinta seorang adik YouTuber giveaway. Bercanda ey!

Kalau tadi soal tunangan bohongan dan kisah drama cinta segitiga, yang ini soal perselingkuhan. Lagi, dan lagi, warganet tidak mau melewatkan.

Rame, sampai menghujat dan merendahkan. Analoginya begini, "diberi Odette malah milih Vexana." Maaf yang tidak pernah main Mobile Legends, pasti kamu bingung. Cari sendirilah maksudnya.

Dari tiga topik di atas, maka saya benar-benar yakin bahwa orang Indonesia jauh lebih tertarik jika disuguhi soal cinta. Pasti laku, tidak mungkin tidak. Aneh saja kalau diabaikan begitu saja.

Apakah masalah? Tentunya tidak. Tapi sadarkah, pada akhirnya kita terlalu bucin. Lupa, bahwa ada juga hal yang lebih penting selain ngebucin. Masih ada topik menarik selain bucin. Jangan sampai otak kita penuh dengan kebucinan.

Sampai-sampai kebucinan kita dimanfaatkan media untuk mendapat keuntungan luar biasa. Tidak sadar ya? Begitulah cara media menggoreng kita. Sebetulnya tidak sepenuhnya salah media, karena kita juga yang membuat siklus ini semua. Seperti yang pernah saya bahas di Pro Kontra Sinetron dari Jendela SMP, media dan kita seharusnya memiliki prinsip simbiosis mutualisme. Agar keberlebihan ini bisa sedikit diimbangi dengan yang lebih berguna.

Ah, sudahlah, tulisan ini memang tidak terlalu dipikirkan. Intinya saya terlalu resah jika setiap membuka sosial media isinya hanya penuh dengan cinta. Ditambah lagi, beberapa akun yang saya ikuti jarang update.

Ya sudahlah, tutup saja. Terima kasih sudah membuang waktumu dengan membaca tulisan ini. Nanti malam ada tulisan yang sedikit berisi. Tunggu saja. 
Posting Komentar

Posting Komentar

Hai! senang bisa mendapat komentar darimu. 😊
Sok, kasih kritik maupun saranmu buat blog ini. Jangan nanggung, hajar aja!