h2amzOiq2Tn9rmGhajOa165fMKwBqbFxQjYwl3bC
Bookmark

Novel 'Padang Bulan', Enong dan Kekuatan Seorang Perempuan

padang bulan

Novel Padang Bulan ini merupakan buku tamat pertama yang saya ulas (ulasan ini sudah saya tulis pada tahun 2019). Maka dari itu mohon maaf apabila ulasan yang saya buat tidak sesuai dengan ekspektasi kamu. Jangan harap pula apabila resensi buku di sini, tidak sesuai dengan struktur dan kaidah yang selama ini kamu pelajari di sekolah. Anggap saja ini gaya saya dalam mengulas sebuah buku.

Satu lagi, Spoiler warning buat kalian yang belum membaca novelnya. Silakan baca dulu novelnya, bookmark artikel ini, lalu kembali lagi kalau sudah tamat. Mari kita berdikusi bersama-sama. Tapi buat kamu yang tidak keberatan dengan spoiler, silakan lanjutkan membaca saja. Saya akan berusaha sesedikit mungkin dan menghindari membahas cerita paling menarik di novel Padang Bulan ini.

Mari kita masuk!

Sinopsis

Terdapat dua plot inti yang disajikan dalam novel Padang Bulan ini. Pertama, kisah mengenai seorang Anak bernama Enong si perempuan muda yang kuat. Kedua, tentunya, kisah Ikal dan cinta matinya, A Ling. Kisah keduanya disajikan secara bergantian alias saling silang.

Sejak kematian Zamzami, ayahnya, Enong mulai belajar menjadi seorang gadis kuat dan tegar. Cita-citanya menjadi seorang guru bahasa Inggris seperti Bu Nizam, sirna dan terganti menjadi sebuah tanggung jawab anak tertua, bekerja menafkahi keluarga.

Hanya bermodal nekat dan buku Kamus Bahasa Inggris Satu Miliar Kata pemberian ayahnya, Enong berangkat seorang diri ke Tanjong Pandan. Harapan Enong, ia bisa mencari pekerjaan yang layak dan mampu meringankan beban ibundanya.

Sang Ibunda, Syalimah, sebenarnya tak tega melihat Enong putus sekolah. Enong adalah anak cerdas bahkan selalu juara kelas. Sangat disayangkan, takdir mengubah mimpi anak itu.

Di Tanjong Pandan itu harapan Enong tak kunjung datang. Semua pedagang di pasar menolaknya. Sebagai seorang anak yang masih bau kencur tak pernah dandan, tak ada harapan buat Enong.

Singkat cerita, Enong kembali ke kampungnya dengan penuh kekecewaan. Hampir saja ia putus asa tatkala melihat keadaan keluarga kecilnya. Hingga sebuah ide muncul pada saat kesedihannya, ia harus menjadi pendulang timah. Pendulang timah perempuan pertama dalam sejarah.

Cerita lain datang dari Ikal, dan kisah cinta sejatinya bersama A Ling. Kisah cinta yang sudah pilu karena penolakan keluarganya, harus bertambah dengan kabar bahwa A Ling dilamar oleh seorang pemilik toko gula dan tembak*u, bernama Zinar.

Sebagai seorang lelaki sejati, Ikal masih bersusah payah mencari cara mendapatkan A Ling kembali bersamanya. Mencari celah kekurangan Zinar, menantangnya bermain catur dan tenis meja di 17 Agustusan. Sayangnya, seperti tak punya celah, Zinar selalu menang telak atas Ikal.

Intrinsik

Cerita Enong sebenarnya sebuah kilas balik sebelum akhirnya bertemu dan mengikuti lanjutan cerita cinta Ikal (Mozaik 20: Lima Detik). Selain itu, pembaca juga disuguhkan kembali dengan kisah masa muda Ikal dan A Ling ketika mereka bertemu kembali.

Sepertinya,  Pak Cik Andrea lebih fokus membuat latar suasana yang lebih menyedihkan, menyakitkan, dan memilukan dalam novelnya ini. Terbukti dengan cerita ketegaran Enong, pun kemalangan Ikal dengan usaha-usaha keras dan konyolnya.

Bukti rasa pilu Ikal ada pada Mozaik 16: Waktu dan Mozaik 18: Zinar.

Buat lelaki sejati, sesak rasanya jika harus mendapat kisah yang sama dengan Ikal di kehidupan nyata. Mendengar perempuan yang dicintai akan menikah, dan melihat perempuan itulah yang mengantar surat undangannya padamu, siapa yang mampu tegar?

Lanjut membahas beberapa tokoh yang menarik buat saya pribadi. Saya sangat suka dengan karakter bernama Detektif M. Nur. Detektif swasta ini sangat cerdik dan mampu menyelesaikan beberapa kasus dengan kecerdikannya. Ia juga begitu loyal dengan sahabatnya, Ikal. Persahabatan antara Ikal dan Detektif M. Nur ini mengingatkan saya pada persahabatan Ikal dengan Lintang, juga Arai.

Kamu tentunya tak bisa melewatkan Enong di sini. Bahkan saya yakinkan kamu akan menjadikannya sebagai karakter yang paling kamu sukai, terutama buat kaum perempuan. Ketegaran dan keteguhan hatinya dari sejak ia remaja hingga dewasa bisa menjadi pembelajaran buat anak remaja saat ini. Bahwa tidak ada yang namanya mengeluh dan lemah sebagai wanita, jika kita mau berusaha.

Untuk kamu penggemar buku-buku Pak Cik Andrea Hirata, tentu tak aneh lagi dengan Ikal yang begitu berusaha keras mendapatkan A Ling. Saran saya, kamu harus membaca dulu novel Pak Cik Andrea yang berjudul Maryamah Karpov. Atau mungkin tetralogi Laskar Pelangi nya sekalian. Karena saya rasa, kamu bisa kebingungan dengan kisah cinta mereka, jika tidak membaca beberapa novel sebelumnya. Bahkan mungkin merasa aneh dam kepikiran, Mengapa Ikal senekad itu?

Selain itu, masih banyak tokoh yang saya suka di Padang Bulan ini. Bahkan mungkin semuanya saya suka. Takada tokoh yang sia-sia di sini. Bahkan untuk sebuah burung merpati pengantar surat bernama Jose Rizal pun, sangat menarik ketika diceritakan oleh Pak Cik ini.

Ekstrinsik

Menarik sekali membaca Padang Bulan ini, banyak sentilan-sentilan dalam novel ini yang merepresentasikan kehidupan nyata. Misalnya ketika membahas soal Kamus Bahasa Inggris Satu Miliar Kata. Om Andrea mengingatkan kita pada masa jaya kamus itu. Ya, berapa banyak korban yang tertipu dengan judul bombastis itu. Jujur, saya juga termasuk salah satunya. Bayangkan, satu milyar kata ada pada buku kecil, yang ketebalannya juga tak cukup meyakinkan bisa menampung sampai satu milyar kata. Ajaib memang, marketing-nya.

Saya juga setuju ketika Pak Cik Andrea menyentil pidato wajib wakil rakyat. Saya termasuk salah satu orang yang muak dengan pidato omong kosong itu. Hari gini masih bicara potensi? Buktikan sajalah sudah!

Masalah sosial lain yang juga disinggung pada novel Padang Bulan ini ada pada kalimat berikut ini: Mendulang adalah keniscayaan lelaki, bahkan timah itu sendiri adalah lelaki. Tak perlu dibahas panjang lebar, kamu pasti akan mengerti maksudnya. Tak mengerti? Pahami saja sendiri. Hihi.

Jika kamu mau tahu beberapa masalah sosial lainnya, kamu bisa menemukannya pada Mozaik 25: Rencana D. Di sana terdapat pula masalah yang sering terjadi pada seorang sarjana pengangguran. Dan Pak Cik Andrea sedikitnya memberikan tips, jika hal tersebut terjadi padamu.

Saya sangat suka ketika membaca Mozaik 2: Bahasa Inggris. Hanya dengan satu topik yakni Kamus Bahasa Inggris Satu Miliar Kata, om Andrea Hirata mampu menghidupkan cerita. Beliau mampu memanfaatkan judul kamus tersebut menjadi sebuah cerita yang menarik untuk dibaca pembacanya.

Pada mozaik 18: Zinar, juga termasuk salah satu yang saya suka. Pertemuan Ikal dan Zinar membuat saya ikut berduka dengan keadaan Ikal. Hebatnya, om Andrea juga menyisipkan sebuah cerita jenaka yang justru membuat tokoh Ikal jauh lebih memilukan.

Hal yang membuat saya merekomendasikan buku ini untuk kamu baca adalah pengalaman berimajinasi yang ringan tapi tidak kacangan. Belajar cara hidup orang Melayu, gombalan-gombalan mereka, pun kejenakaan anti garing yang menambah bumbu cerita. Om Andrea juga menyisipkan kritik politik yang menurut saya masuk dan kena. Misalnya, kata potensi yang seolah menjadi lagu wajib bagi calon wakil rakyat itu tadi.

Seperti yang sudah saya bahas di atas, saya sangat suka tokoh dan penokohan di novel Padang Bulan ini. Sesuai porsi, dan porsinya itu membuat saya kenyang. Tokoh selingan seperti paman, bibi, Jose Rizal, keponakan Ikal, Bu Indri dibuat menarik dan ikonik meski dihadirkan beberapa petik.

Sampul buku. Saat saya membelinya ke toko buku besar di suatu Plaza yang juga besar di Tasikmalaya, saya langsung tertarik dengan sampul bukunya. Karena alasan ini juga, saya begitu gamang antara membeli novel Ayah atau Padang Bulan dulu. Hingga akhirnya saya memutuskan membeli Padang Bulan ini. Benar-benar pilihan yang tidak salah dan tidak mengecewakan. Meski saya masih penasaran dengan novel Ayah.

Plus (+)

Kalau boleh dikatakan, saya sungguh fanatik dengan bagaimana kisah perjuangan seorang Ikal mengejar cinta sejatinya. Dari saat film Laskar Pelangi tayang di televisi, saya mulai curi-curi penasaran dengan akhir kisah mereka.

Meski dalam novel Padang Bulan ini, kemunculan A Ling sangatlah sedikit, namun saya bisa merasakan bagaimana sempurnanya A Ling di mata Ikal. Perjuangan dan perjalanan Ikal untuk bisa bertemu pujaannya, patut dicontoh buat kaum ikhtiar mancari jodoh. Bahwa memang jelas, sebelum janur kuning berkibar di rumahnya, tak ada salahnya untuk terus berusaha. Kecuali, kalau sang pujaan sudah dilamar lelaki lain. Jangan, tunggu sampai gagal nikah. Eh.

Seperti yang disinggung di atas, detektif M. Nur menambah keseruan saat membaca novel ini. Di balik kecerdasannya memecahkan masalah, terdapat jiwa yang mau benar-benar membantu juga. Sosok sahabat karib yang begitu diidamkan kita semua tentunya.

Enong tentu tidak boleh terlewat. Tanpa kisah perempuan muda tangguh ini, Padang Bulan hanyalah tentang kisah cinta basi yang sudah pasaran. Enong memanglah contoh bagaimana seorang perempuan lemah lembut, bisa memecahkan masalah yang bahkan berat bagi beberapa kaum lelaki.

Minus (-)

Kurang berani saya mengkritisi idola saya ini. Lagipula, saya belum mampu begitu dalam mengulas sebuah buku. Seperti yang sudah saya tulis di atas tadi, Padang Bulan merupakan buku novel tamat pertama yang saya ulas selama hidup saya.

Hanya saja untuk seorang yang menyukai perjalanan cinta Ikal dan A Ling, saya tidak terlalu puas dengan kisah mereka di sini. A Ling hanya muncul beberapa saat, di flashback Ikal dan saat A Ling memberikan surat undangan pernikahan. Itu yang saya ingat.

Untungnya, Zinar masih dapat mewakili kejarangmunculan A Ling. Bahkan melalui Zinarlah para pembaca dapat mengetahui betapa sayangnya Ikal pada pemilik kuku indah itu. Zinar bisa mewakili sesempurna apa A Ling di mata mereka. Saya pun merasakan sesak dan pilunya menjadi Ikal (ditambah dengan pengalaman pribadi). Harus menjadi lelaki pemberani dengan menantang Zinar, meski harus terus menanggung malu.

Kemudian, mungkin akan lebih menarik jika trik-trik catur seorang Grand Master, Nochka diceritakan. Karena jujur, saya lumayan dibuat penasaran dengan apa yang telah diajarkan Nochka pada Ikal sehingga bisa bermain seperti itu. Konyol sekali kau Pak Cik, Pfft...

Ini juga pendapat pribadi. Saya kira keberadaan Enong yang bahkan menjadi cerita utama di Padang Bulan bisa menjadi kisah cinta baru buat Ikal. Melihat Ikal yang bermuram durja, saya begitu sumbringah ketika pertemuan Enong dan Ikal akhirnya terjadi juga. Di beberapa paragraf juga seolah Pak Cik Andrea menyuruh saya untuk move on dari A Ling ke Enong.

Sayang disayang, ternyata Enong sama sekali bukan kisah cinta baru Ikal, setidaknya sampai Padang Bulan ini. Enong hanya sebatas kakak buat Ikal. Namun bisa jadi pada buku keduanya hal tersebut bisa terealisasikan meskipun agaknya sulit dan kurang mungkin.

Semoga saya mendapat rezeki untuk bisa membeli buku keduanya yang berjudul "Cinta di dalam Gelas", dan me-riviu-nya. Tentu, membagikan ulasannya pada kalian semua.

Itulah ulasan yang mampu saya sampaikan. Semoga kalian tidak puas dengan ulasan saya, dan mencari hal-hal yang lebih menarik perhatian kalian pada buku Padang Bulan ini. Kurang lebihnya saya ucapkan maaf dan terima kasih. Sampai jumpa di ulasan novel lainnya.
2 komentar

2 komentar

Hai! senang bisa mendapat komentar darimu. 😊
Sok, kasih kritik maupun saranmu buat blog ini. Jangan nanggung, hajar aja!
  • Dodo Nugraha
    Dodo Nugraha
    24 November, 2020 09:59
    iya yaa, saya jg dulu sempat tertipu dgn kamus "1 milyar kata"
    beneran 1 milyar atau cuma klaim sepihak yaa wkwkw
    • Dodo Nugraha
      Nandar IR
      24 November, 2020 11:21
      Kemungkinan besarnya ke mustahil sepertinya. Kecuali kalau 1 milyar itu bermakna keseluruhan kata di kamusnya. Bukan cuma kata-kata intinya saja.
    Reply