h2amzOiq2Tn9rmGhajOa165fMKwBqbFxQjYwl3bC
Bookmark

Kesetaraan Gender yang Belum Setara

Dulu, tokoh peremuan, Raden Ajeng Kartini memperjuangkan kesetaraan antara wanita dan laki-laki. Hal tersebut dilakukan karena adanya ketidaksetaraan antara derajat wanita dengan laki-laki pada jaman itu.

Atas perjuangan ibu Kartini tersebut, kesetaraan gender pada jaman sekarang sudah cukup tergambarkan. Wanita bisa melakukan pekerjaan yang dulu hanya boleh dilakukan oleh laki-laki. Misalnya menempuh pendidikan setinggi-tingginya, bekerja dan menghasilkan upah, serta hal-hal lainnya yang berkaitan dengan kesetaraan.

Namun, apakah kesetaraan pada jaman sekarang sudah benar-benar setara? Apakah antara laki-laki dan perempuan sudah seimbang dan tidak ada yang dirugikan?

Jika ditilik dari beberapa sudut pandang kehidupan, kesetaraan antara wanita dan laki-laki sudah banyak berubah dan lebih memberatkan disisi wanita. Contoh pada pekerjaan di rumah, wanita lebih banyak bergerak dan bekerja sebagai ibu rumah tangga. Wanita melakukan pekerjaan yang cukup berat misalnya mencuci piring dan baju, memasak, mengurus anak, melayani suami dan lainnya. Beda halnya dengan laki-laki yang lebih santai dan tidak peduli terhadap pekerjaan sang istri. Laki-laki menganggap pekerjaannya di luar rumah sudah sangat berat dan upahnya jauh lebih besar dari sang istri. Sehingga kebanyakan laki-laki akan melarang wanita untuk bekerja yang derajatnya lebih tinggi karena urusan gengsi.Contoh lainnya juga bisa dilihat dari sisi pekerjaan dan penggunaan upah yang dihasilkan. Laki-laki biasanya akan menyisihkan uang dari hasil bekerjanya untuk dirinya sendiri. Ia bisa membeli rokok, kopi, dan keperluan pribadinya. Beda halnya dengan wanita yang segan untuk membeli barang pribadi dan lebih memanfaatkan uang hasil kerjanya untuk keperluan keluarga seutuhnya.

Jadi, apakah kesetaraan gender kini sudah berubah? Atau justru laki-laki memang memanfaatkan kesetaraan tersebut sebagai celah untuk keperluan pribadinya?

Sebenarnya wanita berharap kesetaraan itu dijadikan sebagai alat membangun kerukunan dalam keluarga atau bermasyarakat. Wanita akan lebih senang jika laki-laki dapat menjaganya dan membantunya dalam berbagai kegiatan yang sejatinya sangat berat dilakukan. Laki-laki seharusnya tidak boleh memanfaatkan keahlian multitasking wanita untuk dijadikan alat "membabukan" wanita. Kasih sayang yang sejatinya diharapkan wanita sejak mengenal laki-laki yang dipilihnya jangan sampai hanya menjadi sebuah mimpi yang mustahil terwujud.
Posting Komentar

Posting Komentar

Hai! senang bisa mendapat komentar darimu. 😊
Sok, kasih kritik maupun saranmu buat blog ini. Jangan nanggung, hajar aja!