h2amzOiq2Tn9rmGhajOa165fMKwBqbFxQjYwl3bC
Bookmark

Filter Bubble Effect dan Keponya Sosial Media Soal Urusan Pribadi Kita

Bahaya filter bubble effect
found.co.uk

Pernah melihat sebuah iklan bersponsor di sosial media? Apakah merasa tidak asing dengan keseharian kita? Atau bahkan kamu tertarik dengan iklan tersebut karena kamu membutuhkannya? Pertanyaan tersebut bisa disebut sebagai filter bubble effect.

Secara sederhana, filter bubble effect bisa dimaknai sebagai teknik marketing melalui apa-apa saja yang sedang sering dicari oleh pengguna internet, termasuk kamu. Marketing dengan memanfaatkan kekepoan.

Saya akan memberikan contoh kecilnya. Suatu ketika kita sedang iseng mencari sebuah baju di online shop, misalnya. Nyari-nyari di bebebrapa lapak, disimpan di keranjang sampai menemukan apa yang kita cari. Lalu ketika kamu membuka sosial media seperti Facebook, coba kamu simak iklan apa yang kamu dapatkan? Apakah iklannya kebanyakan soal baju-baju atau barang yang pernah kamu cari di toko daring tersebut? Jika iya, selamat kamu sedang terkurung filter bubble effect.

Bukan hanya itu, ketika kamu membicarakan soal barang dengan teman sosmedmu pun, maka secara otomatis artificial intellegence atau sering disingkat AI akan mengolah data tersebut. Barang yang sedang kamu obrolkan secara otomatis muncul sebagai rekomendasi iklan buatmu. Sungguh kepo sekali sosial mediamu.

Maka jika kamu heran dengan iklan yang tidak asing buatmu, mulai dari sekarang biasakanlah. Itulah teknik berdagang di zaman sekarang, dan kamu sebagai tamu, tidak bisa berbuat apa-apa. Namanya juga teknologi, kamu hanya menikmati tanpa benar-benar tahu apa sebenarnya yang sedang membuntuti. Lagipula hal itu sepertinya lebih banyak membantu daripada mengganggu.

Filter bubble effect juga sebenarnya hanyalah sebuah AI. Bukan manusia yang dari kejauhan sedang membuntutimu dengan komputer mereka. Maka tidak usah terlalu khawatir dengan itu. Urusan pribadimu hanya dibuntuti robot, meski sebetulnya masih agak risih saya rasa.

Yang jadi masalah adalah, bagaimana kalau urusan pribadimu yang dikepoin? Bagaimana jika kamu sedang mencari barang-barang yang sejatinya tidak perlu muncul di akun sosial mediamu? Bisa-bisa ketika kamu sedang asyik bersosial media, tak sengaja melihat iklan yang agak sensitif, ternyata temanmu melihat dari belakang sembari berkata, "ih nyari apatuh?" Sungguh akan sangat canggung.

Beberapa orang yang tahu soal ini menaggap bahwa filter bubble effect sangat mengganggu urusan pribadi mereka. Kebebasan bersosial media jadi sedikit terganggu karena takut. Ya... Bayangkan saja lah kalau kamu sedang mencari barang sensitif sesuai seleramu, ternyata ada yang tahu seleramu itu. Saya pribadi agak bergidig membayangkannya.

Sebenarnya masalah ini sudah sedikit bisa diatasi di beberapa sosial media ternama. Salah satunya dengan memberikan filter lain, yakni memfilter iklan apa saja yang boleh tayang di berandamu. Kamu bisa mengatur sesuka hatimu. Yang jelas jangan berharap tanpa iklan, sosial media juga butuh penghasilan untuk merawat layanan mereka agar tidak gulung jaringan (gulung tikar, maksud saya).

Kemudian saran saya, jika kamu mau mencari barang pribadi, tak usah mencarinya di internet. Lebih baik nyari di pasar atau di tempat yang bukan internet saja. Selain lebih murah, kamu juga tak perlu khawatir dengan kekepoan sosial media soal apa yang sedang kamu cari di sana.

Bagaimana? Apakah kamu merasa risih dengan fakta tersebut, atau justru malah terbantu? Jangan terlalu takut, kamu bisa mengaturnya sendiri, kok.

Jadilah lebih aman saat bermedia sosial, jangan sampai hal-hal buruk merusak citra dirimu sendiri. Mulailah bijak saat membeli sesuatu, mulailah mempelajari apa saja yang mencurigakan di sosial mediamu. Selamat berbelanja online!
Posting Komentar

Posting Komentar

Hai! senang bisa mendapat komentar darimu. 😊
Sok, kasih kritik maupun saranmu buat blog ini. Jangan nanggung, hajar aja!