Seperti film-film PIXAR lainnya, The Good Dinosaur kemungkinan besar akan membuat pipimu tak sengaja banjir airmata. So, kalau kamu berniat menonton film ini, sebaiknya siapkan tisu juga ya! Sebagai jaga-jaga saja.
Abstrak
Berlatar di dunia alternatif bahwa dinosaurus tidak pernah punah, The Good Dinosaur bercerita tentang seekor dino bernama Arlo. Ia merupakan dino termungil dari tiga bersaudara yang lahir hampir berbarengan. Selain mungil, ia juga memiliki jiwa penakut yang membuat khawatir kedua orang tuanya. Saking penakutnya, ia tidak bisa menjalankan tugas dengan baik dari ayahnya. Karena ketakutannya itu, Arlo tidak bisa membuat tanda kaki sebagai simbol kebesaran yang dibuat ayahnya dari tumpukan batu. Tumpukan batu tersebut juga digunakan untuk melindungi makanan, stok menghadapi musim dingin.
Suatu hari, sang ayah memberikan sebuah tugas penting untuk Arlo. Ia harus bisa menangkap binatang yang selalu berhasil menyelinap masuk ke tumpukan batu, dan memakan habis stok makanan mereka. Jika berhasil menangkapnya, Arlo akan mendapat hadiah berupa tanda kaki miliknya. Karena hanya tinggal dirinya saja yang belum memiliki tanda tersebut. Iapun sepakat dengan tugas yang diberikan ayahnya itu.
Selagi mengumpulkan keberanian, Arlo terus berjaga-jaga di depan umpan yang dibuatnya bersama sang ayah. Dengan menggunakan tongkat di mulutnya, ia siap sedia apabila terdapat seekor hewan yang masuk jebakan.
Beberapa saat menunggu, umpan tersebut akhirnya menangkap sesuatu. Arlo kemudian mendekati hewan yang berusaha keras keluar dari jebakan tersebut. Arlo berancang-ancang mengacungkan tongkat, bersiap menghajar makhluk pengganggu tersebut. Namun ia tak tega, apalagi saat ia mendapatinya pingsan dan terlihat kecapekan. Konyolnya, Arlo malah melepaskan jebakan itu sehingga membuat makhluk itu pergi.
Mendapati buruannya kabur, sang ayah geram dan berusaha mengejarnya. Arlo pun mengikutinya dari belakang. Ayah yang biasanya terlihat bijak, kini seakan marah dengan sikap Arlo. Saking kesalnya, meskipun petir dan badai mulai muncul, ayahnya tetap menyuruh Arlo mengejar makhluk tadi. Sampai di tengah perjalanan, Arlo terpeleset dan membuat ayahnya tersadar. Ia tahu bahwa ia tidak bisa memaksakan kehendak pada anaknya sendiri. Kemudian merekapun bergegas pulang, karena badai dan luapan sungai tidak lama lagi akan datang.
Tapi terlambat sudah, badai yang membuat air sungai meluap dari kejauhan mendekati mereka. Sebagai ayah yang penyayang, ia mengangkat tubuh anaknya menjauhi sungai. Si ayah juga pada mulanya berusaha sekuat mungkin menyelamatkan diri, namun sayangnya luapan sungai itu akhirnya menyeretnya jauh hingga membuatnya mati.
Kepergian sang ayah membuat kehidupan keluarganya berubah. Meski masih terikat dalam ketakutan, Arlo berusaha untuk bisa lebih berguna dan membantu sang ibu yang sering mudah kecapekan. Ia menyiapkan stok makanan dan memasukannya ke tempat penyimpanan.
Saat akan menaruh makanan, Arlo justru kembali bertemu makhluk yang ternyata adalah anak kecil berjenis manusia. Bermaksud membalas kematian sang ayah, Arlo berusaha menangkap manusia kecil itu. Namun sekali lagi, ketakutannya membuat ia ciut dan justru malah memberi masalah yang lebih besar buat dirinya. Ia tengelam ke sungai bersama anak kecil itu, dan hanyut sampai menjauhi tempat tinggalnya. Untungnya Arlo masih tetap hidup dan terdampar di tempat yang tidak ia ketahui. Anak kecil itu juga selamat.
Sang anak sadar bahwa ia memiliki hutang budi yang harus dibayar. Ia berusaha mengambil berbagai jenis makanan yang cocok untuk Arlo. Akhirnya ia menemukan beri, yang ternyata disukai Arlo. Arlo diajak ke sebuah tempat yang dipenuhi buah beri. Meski jalanan yang dilewati begitu berbahaya, Arlo dan si anak berusaha keras melampauinya. Namun nasib masih belum baik buat Arlo, ia harus dihadang seekor ular dan jatuh ke jurang, setelah ia berhasil menggapai pohon beri tersebut.
Sekali lagi, nyawa Arlo masih diselamatkan, ia belum mati. Arlo kembali harus berada di tempat asing, dan malah semakin menjauhi Clawtoot, tempat asalnya. Di sana ia malah bertemu beberapa hewan kecil yang bertengger di kepala seekor dinosaurus berjenis styracosaurus. Ia mengatakan bahwa si anak kecil akan menjadi pelindungnya, ketika ia akan pergi kembali menuju Clawtoot. Dari pertemuan dengan styracosaurus itulah Arlo akhirnya mengetahui bahwa anak itu bernama Spot.
Dari sanalah petualangan Arlo dan Spot dimulai. Mereka harus berjuang melewati berbagai macam rintangan alam maupun hewan buas lain yang siap mengancam hidup mereka. Apakah keduanya akan selamat? Apakah mereka akan hidup bersama sebagai keluarga? Tonton saja selengkapnya di Disney+ Hotstar.
Plus (+)
● Pertukaran sudut pandang yang bisa menyadarkan manusia
Biasanya dalam sebuah film, manusialah yang menjadi karakter utama yang dipenuhi akal layaknya manusia biasa. Namun di film The Good Dinosaur ini, justru Arlo sang dinolah yang digambarkan punya akal yang jauh lebih baik dibandingkan manusia. Bahkan saat menjelaskan soal keluarga, Arlo membuat sebuah perumpamaan dengan menggunakan batang kayu kecil agar Spot mengerti.
Di scene awal film The Good Dinosaur ini, sebetulnya juga diperlihatkan bagaimana jika seekor hewan berperilaku seperti manusia. Hewan yang biasanya hanya menggunakan insting, justru seolah paham soal bercocok tanam. Keluarga Arlo saling bahu membahu membuat ladang yang kemudian ditanami tumbuhan yang nantinya akan menjadi makanan mereka.
Pemutaran sudut pandang antara Arlo dan Spot, seolah sindiran buat manusia bahwa kita memang hanyalah manusia. Kita semestinya tidak selalu seenaknya memanfaatkan alam dan makhluk lain. Karena makhluk lain akan bisa membantu dengan senang hati jika mereka merasa disayangi.
● Cerita yang ringan namun cukup elegan
Alur cerita dari The Good Dinosaur ini sangatlah ringan, tidak memberatkan. Saking ringannya, film ini mungkin tidak terlalu spesial dibanding film Disney lainnya. Namun karena memang Disney lebih mengutamakan penonton anak-anak dan remaja, maka hal semacam itu tidak perlu terlalu dipermasalahkan. Toh, jalan cerita yang disajikan masih bisa memberikan hiburan bagi anak remaja.
Terlebih, film The Good Dinosaur juga masih memberikan beberapa unsur elegan yang mendukung keindahan cerita. Seperti detail rumput yang indah disapu angin, daun-daun yang dihujam tetesan hujan, hingga keindahan gunung bersalju jika dilihat dari ketinggian. Semua keindahan itu bisa memberi kepuasan batin tersendiri, saat menontonnya.
●Bukan Disney PIXAR kalau tak memberikan perasaan sedih
Dari adegan kasih sayang kedua orang tua Arlo saja, saya sudah merasa cukup bersedih saat melihatnya. Betapa indah dan tentu jadi dambaan anak remaja yang merasa keluarganya tidak seperti itu. Ayah yang bijaksana, namun tetap mengajarkan tentang pentingnya bertahan hidup di alam liar. Ibu penyayang yang senantiasa mendukung perjuangan ketiga anaknya. Juga dua saudara yang meskipun beberapa kali sering jahil, namun tetap seolah saling melindungi.
Kemudian, airmata saya akhirnya hampir jatuh, saat adegan ending film ini. Meski tak cukup deras seperti saat menonton Inside Out, namun rasa-rasanya The Good Dinosaur cukup membuat perasaan saya tersentuh.
Minus (-)
● Seperti biasa, Disney menghamburkan banyak karakter potensial
Entah sudah jadi kebiasaan atau memang disengaja, Disney lagi-lagi terlalu banyak melewatkan karakter potensial. Yap, di film The Good Dinosaur ini sangat banyak karakter yang eksekusinya terlalu singkat. Misal karakter styracosaurus dan para pelindungnya, yang ia temui ketika terjatuh dari jurang. Mereka hanya diperkenalkan begitu saja, tanpa diberi tahu fungsi sebenarnya di dalam film ini. Padahal hewan-hewan itu terlihat sangat berkarakter lho, dan bagus jika mendapat porsi lebih. Sangat disayangkan.
● Endingnya cuma begitu?
Sudah bisa ditebak bahwa Arlo pasti akan mendapat tanda kakinya di akhir cerita. Namun yang disayangkan, adegan itulah yang menjadi akhir cerita film The Good Dinosaur ini. Selepas itu, muncul credit scene, dan film selesai. Ya, begitu saja akhirnya. Agak garing bukan? Saya pikir akhir ceritanya akan menggambarkan kebahagiaan hidup keluarga Arlo, meski tanpa ayah. Namun sayangnya tidak sama sekali.
● Dunia alternatif yang hmm...
Kalau saja saya tidak mencari tahu soal latar dunia alternatif ini, saya mungkin akan menganggap bahwa film The Good Dinosaur memang berlatar di zaman prasejarah, bukan dunia alternatif bahwa dinosaurus tidak pernah punah. Sebab, tidak ada poin kuat yang bisa menjelaskan soal dunia alternatif tersebut. Poinnya mungkin hanya terdapat pada fakta para dinosaurus bisa bicara dan bisa melakukan kegiatan lain layaknya manusia. Namun dua alasan itu tidaklah terlalu memperkuat latarnya.
Skala Angka
Dari keseluruhan aspek film The Good Dinosaur ini, seharusnya skala 6,3 sudah sangat bagus untuk film ini. Bagaimana menurutmu? Apakah film ini sebetulnya jauh lebih baik daripada film animasi Disney lain? Silakan komentar saja di bawah.
6 komentar
Walaupun begitu, aku masih ingat kalau aku nangis pas nonton ini. Dan pernah bilang juga kalau film ini worth to watch, soalnya bagus menurutku. Ntar nonton lagi, ah. Tapi beli tisu dulu, takut nangis lagi pas nonton. 🤭
Btw aku suka sama kartunnya Pixar. Kayaknya semuanya punya nilai nasihat yang bisa dipetik dari setiap ceritanya.😍
Disney/PIXAR memang terkenal dengan animasi bikin nangisnya. Kalau di the good dinosaur ini yang pas ngobrolin soal orang tua dua karakter utamanya. Itu menggetarkan hati sekali.
Si dino nampaknya unyu sekali yaa mas hahah
Utk yg punya anak balita, plusnya ada lagi, minim dialog Jd mereka lebih menikmati ekspresinya..
Iya, bisa juga menambahkan plus soal itu. Apalagi gestur saat Arlo dan Spot menerjemahkan tentang keluarga. Bener-bener bikin haru.