Efisiensi
Ramah Lingkungan
Selain soal efisiensi, buku digital atau ebook, juga memiliki nilai ramah lingkungan yang lebih baik. Bahan yang digunakan hanya beberapa aplikasi komputer yang terbuat dari pemrograman canggih, bukan dari hasil nebang pohon. Hasilnya bisa berupa format doc, pdf, atau epub.Akan berdampak terhadap lingkungan, jika komputer yang digunakan sudah rusak dan dibuang begitu saja. Tanpa proses daur ulang. Tapi masa sih, perusahaan penerbit buku tak paham soal itu? Tidak mungkin lah. Mengada-ngada.
Kalau buku digital, sudah lama jadi bahan ghibah orang-orang, soal kerusakan lingkungan. Seperti yang diketahui, kertas itu kebanyakan masih terbuat dari pohon. Jelas, pohon harus ditebang sebelum dijadikan lembaran kertas. Itulah poin utama yang sering disinggung para pecinta lingkungan asri.
Eits, tunggu dulu. Kamu tahu nggak sih, ternyata pohon yang digunakan tidak asal tebang di sembarang tempat lho! Pohon yang diambil, bersumber dari area yang disebut Hutan Tanaman Industri. Area yang memang dikhususkan untuk tebang-tanam pohon sebagai bahan industri. Jadi, masih cukup aman kok, buat lingkungan.
Kok, saya bisa tahu? Teori ngasal lagi ya?
Bukan, data itu bersumber dari kanal YouTube milik Asia Pulp & Paper (APP). Perusahaan yang logonya sering banget nongol di buku tulis kamu. Silakan, simak video penjelasan lengkapnya di bawah ini.
Harga Buku
Salah satu hal yang juga penting saat ingin membeli buku adalah harga. Keputusan menyisihkan uang untuk beli buku incaran, harus disesuaikan dengan kebutuhan lain. Apalagi ketika mendekati akhir bulan. Jangan sampai hobi membaca, membuat kamu kelaparan.Banyak yang beranggapan, bahwa harga buku digital atau ebook lebih murah daripada versi cetak atau fisik. Padahal, itu semua tergantung strategi marketing penerbit dan pengecer buku, termasuk keuntungan yang akan didapat. Kadang buku cetak lebih mahal, kadang pula malah digital yang mahal. Namun dari hasil sedikit riset, buku digital agaknya mulai lebih bersaing soal harga. Hanya saja sistemnya memang langganan, tidak bisa dikoleksi sepenuhnya.
Mau buku gratisan, tapi legal? Pergi saja ke perpustakaan. Mau perpustakaan dekat tempat tinggalmu, atau nangkring di layar ponsel saja. Kini, perpustakaan bukan hanya ada secara fisik, digitalnya juga. iPusnas, iJakarta, iJabar, iBoyolali, dan perpurstakaan digital daerah lainnya. Itu belum termasuk aplikasi baca buku yang kebanyakan soal kerajaan, psikopat dan mafia jatuh cinta, juga si ganteng Oppa. Keduanya (perpus fisik dan digital), memberikan kumpulan buku gratis yang siap sedia kamu baca. Meski memang, perpustakaan digital tidak selengkap versi fisiknya, jika menyinggung soal buku ber-ISBN.
Kenyamanan Saat Membaca
Seperti perasaan kamu ke si dia, membaca buku juga harus memiliki rasa nyaman. Khususnya untuk mata, sebagai alat utama membaca. Tidak membuat jenuh, perih mata, apalagi sampai mengantuk.Saya pribadi, merasa bahwa buku cetak atau fisik, jauh lebih nyaman dibaca dibanding dengan versi digitalnya. Mata ini tidak mudah mengantuk, apalagi perih. Saya termasuk orang yang kurang nyaman jika membaca tulisan terlalu lama di layar gawai. Makannya, biasanya saya membaca ebook hanya pada saat masih segar saja. Ketika masih pagi misalnya. Itupun tidak berlangsung lama.
Kalau sudah merasa mengantuk dan perih, agak sulit rasanya bisa fokus dan mendapatkan petualangan seru dalam membaca buku. Malah bisa jenuh, sampai tidak tahu kalau si tokoh yang kamu suka terbunuh. Hadeuh...
Aroma buku cetak yang khas saat baru dibeli, juga menambah sensasi, juga kenyamanan membaca. Tidak sesegar pengharum ruangan juga sih, tapi tetap saja menenangkan jiwa raga. Tentu saja aroma tersebut tidak akan pernah didapatkan dari buku digital. Mungkin bisa, asal kita sabar menunggu teknologi canggih lebih gila lagi. Bisa mengeluarkan aroma khas buku. Who knows?
Jadi, setelah membaca beberapa opini di atas, kamu tetap tim Buku Fisik atau sudah beralih ke Buku Digital, nih? Apapun pilihanmu, pada dasarnya, yang terpenting adalah membacanya. Jangan sampai, hanya jadi pajangan di lemari ataupun aplikasi saja. Jangan sampai terjadi istilah gaul zaman kiwari, "visi foya misi foya, visi misi foya-foya." Jangan joget!
Bagaimana pendapatmu? Apakah masih ada plus minus lain dari buku digital maupun buku fisik, yang kamu ketahui? Bagaimana sih, tips dan trik kamu, agar membaca tetap nyaman, murah, dan ramah? Mari kita diskusikan di bawah.
2 komentar