h2amzOiq2Tn9rmGhajOa165fMKwBqbFxQjYwl3bC
Bookmark

Nggak Mau Belajar, Nggak Akan Sadar | TILIK #1

Di era modern ini, kita wajib sadar bahwa segala aspek yang berjalan, jauh lebih cepat maju dan masif. Entah dari aspek ekonomi dan bisnis, politik, hiburan, gaya hidup, khususnya teknologi. Dengan kemajuan teknologi inilah, segala aspek tersebut begitu pesat berkembang.

Kemajuan teknologi seolah-olah memaksa kaum tradisional untuk mau belajar, alih-alih mempertahankan idealisme kuno. Bukan berarti semua praktek masa lalu adalah usang, tapi setidaknya beradaptasi dengan zaman, juga tidak buruk.

Bab 1: Dulu, Sekarang

nggak mau belajar nggak akan sadar
editing by Canva
Dulu, ibu-ibu akan selalu pergi ke pasar untuk membeli segala macam kebutuhan rumah tangga. Dari bahan primer sampai sekunder, dari kebutuhan dapur hingga pakaian tidur. Tapi semenjak munculnya marketplace atau dalam bahasa Indonesia disebut lokapasar, pergerakan jual beli menjadi lebih efisien. Para ibu rumah tangga cukup memesan via daring, kemudian duduk manis menunggu pak kurir. Meskipun masih banyak yang lebih suka datang ke pasar, tapi inilah salah satu contoh betapa cepatnya perubahan zaman dari segi bisnis.

Dulu, angkutan umum dan ojek tidak akan datang ke rumah kecuali harus pergi ke terminal dan pangkalan, atau berdiri di pinggir jalan. Namun saat ini, dengan adanya aplikasi transportasi, kita bisa diantar jemput menuju lokasi yang dijanjikan dengan sekali klik.

Dulu, pergolakan politik terasa begitu sepi, semi sembunyi-sembunyi. Kalau mau tahu, kita mesti baca koran, mendengarkan radio, atau menonton televisi. Sekarang, kita sangat cepat tahu apa-apa saja gebrakan dan ketidakwarasan politik secara massal, karena sering muncul di berbagai sosial media, tanpa kita cari sekalipun. Entah benar atau cuma hoaks, yang penting kita tahu ada yang tidak beres di kursi tempat para wakil tidur berpikir.

NGOBROL: Sosial Media yang Berujung Insecure dan Bikin Pusing Kepala

Satu lagi, soal gaya hidup. Dulu, anak remaja memakai kaos partai saja, santainya minta ampun. Akan tetapi, akan aneh rasa-rasanya jika baju partai masih dipakai di era "fashion adalah identitas diri." Anak remaja berlomba-lomba mengenakan berbagai aksesoris yang menambah keunikan pada dirinya. Memilah, memadu pakaian yang cocok untuk dikenakan ke Citayam Fashion Week.

Masih banyak contoh lain yang mungkin tidak akan pernah disadari, jika kita tidak mau belajar. Seperti fenomena NFT yang sempat bikin masyarakat heboh, gaya hidup anak jaksel, COD yang harus bayar uang dulu baru barang diterima, konflik Ukraina-Rusia, Sri Lanka bangkrut, dan lain sebagainya.

Semua itu akan selalu berubah sepanjang waktu tanpa kita sadari, jika kita tidak pernah mau belajar dan introspeksi diri.


Bab 2: Nggak Mau Belajar, Nggak Akan Sadar

harus belajar sadar
Canva
Maka, sudah menjadi kewajiban bagi manusia, mempelajari apa yang sedang terjadi dari hari ke hari. Kalau memang tidak mau merasa tertinggal, atau tenggelam di zaman konvensional.

Terlepas dari beberapa contoh di atas, dulu saya sempat berpikir bahwa menulis di blog, ya hanya begitu-begitu saja. Kalau mau menghasilkan cuan dari blog, hanya ada dua pilihan. Daftar Adsense, atau ikut lomba menulis di blog. Namun semenjak kembali berbenah dan memutuskan bergabung ke salah satu komunitas blogger, saya baru sadar bahwa kesempatan tidak hanya datang dari dua pilihan tadi. Saya mulai mempelajari endorsement, rate card, promosi kerjasama, content placement, dan sebagainya. Semua hal tersebut, adalah topik baru yang tidak akan saya tahu jika saya malas belajar, mengikuti perkembangan. Meskipun rasanya berat, namun jika ditekuni, semua itu bisa menghasilkan pendapatan yang lumayan.

Mempelajari hal-hal baru juga bisa memberi perlindungan diri dari segala macam kejahatan. Misalnya pembegalan, penipuan online, penculikan dengan modus beragam, yang juga tak kalah berkembang. Karena orang jahat pun sadar, bahwa ada celah kejahatan teknologi yang bisa dipelajari, untuk menipu orang-orang yang nggak mau melek teknologi.

PUISI: Hari Ketika Pagi Terasa Sepi

Mempelajari perkembangan zaman juga bukan berarti kita harus ikut mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari. Kita masih diperbolehkan memilih mana yang cocok untuk menambah kualitas diri, dan mana yang seharusnya dihindari.

Bukankah guru ngaji pernah memberi tahu jenis-jenis khamr? Apakah ia meminumnya? Tentu saja tidak. Justru kita diwajibkan untuk menghindari minuman yang memabukan. Itu sebagai contoh saja buat orang-orang yang masih tidak mau belajar, karena takut tidak bermanfaat.

Seorang ibu tidak akan tahu apa yang dilakukan anak di ponselnya, jika ia hanya cukup membelikan tanpa ikut memahami kegunaan ponsel tersebut. Pernah terjadi suatu kasus ketika bocah sekolah dasar, menghabiskan isi tabungan ibunya demi top up disebuah game online. Saya tidak bermaksud berprasangka buruk, tapi kemungkinan sang ibu tidak tahu apa itu game online. Jikalau sang ibu tahu sejak awal, kesalahan tersebut bisa saja terhindari. Walaupun begitu, saya juga tidak bisa menyalahkan sang ibu, kalau ternyata tingkat pendidikannya masih kurang baik.

Jika tidak mau belajar hal baru, keukeuh merasa diri sudah cukup tahu segalanya, maka jangan kaget kalau ternyata zaman sudah tidak seperti yang seharusnya kita duga. Jangan menyalahkan orang lain, jika ternyata pemikiran kita sudah kuno dan mudah dibantah.

Maka, jadilah manusia yang lebih banyak berintrospeksi, ketimbang jumawa dengan banyak kemampuan tapi malas dikembangkan. Belajarlah sebanyak mungkin, sebelum disadarkan perubahan zaman. 

Posting Komentar

Posting Komentar

Hai! senang bisa mendapat komentar darimu. 😊
Sok, kasih kritik maupun saranmu buat blog ini. Jangan nanggung, hajar aja!